Anak-anak yang terlahir pada Mangsa “Kapitu” pada umumnya mempunyai rasa cinta kasih terhadap kedua orang tuanya dengan berlebihan. Dia sangat prihatin bila menyaksikan kesulitan-kesulitan yang dialami orang tuanya, dia ingin membantu untuk menyenangkannya. Maka anak Mangsa “Kapitu” tidak menyulitkan orang tua dengan mengajukan permintaan yang mungkin akan membebani orang tua. Dia dapat menerima apa adanya tanpa banyak menuntut.
Sayangnya sebelum umur mencapai dewasa, anak Mangsa “Kapitu” sering menderita sakit. Lebih-lebih penyakit yang menjadi langganannya yakni penyakit panas dingin, influenza, bahkan batuk dan radang tenggorokan.
Dalam pergaulan dengan sesame kanak-kanak bail-baik saja. Dia selalu menghindari bentrokan dengan temannya. Penampilannya sederhana, kurang memperhatikan kemewahan. Bahkan alat-alat permainannya pun sederhana, cenderung buatan sendiri lebih disenanginya. Kalau sedang marah, dia akan menjahui keramaian, duduk menyendiri dan diam. Jarang anak “Kapitu” mau mengakui kesalahannya dan jarang pula bertanya, tentang sesuatu yang sebenarnya dia mengalami kesulitan.
Dalam bidang keolah-ragaan, kurang diminatinya. Dia lebih senang menjadi penonton katimbang menjadi pemain.
Masa kanak-kanaknya dilaluinya hanya dengan belajar, khususnya disekolah. Karena masa anak-anak Mangsa “Kapitu” tidak tertarik terhadap kegiatan di luar belajar dan dia selalu optimis terhadap kemampuan pribadi.
Sayangnya sebelum umur mencapai dewasa, anak Mangsa “Kapitu” sering menderita sakit. Lebih-lebih penyakit yang menjadi langganannya yakni penyakit panas dingin, influenza, bahkan batuk dan radang tenggorokan.
Dalam pergaulan dengan sesame kanak-kanak bail-baik saja. Dia selalu menghindari bentrokan dengan temannya. Penampilannya sederhana, kurang memperhatikan kemewahan. Bahkan alat-alat permainannya pun sederhana, cenderung buatan sendiri lebih disenanginya. Kalau sedang marah, dia akan menjahui keramaian, duduk menyendiri dan diam. Jarang anak “Kapitu” mau mengakui kesalahannya dan jarang pula bertanya, tentang sesuatu yang sebenarnya dia mengalami kesulitan.
Dalam bidang keolah-ragaan, kurang diminatinya. Dia lebih senang menjadi penonton katimbang menjadi pemain.
Masa kanak-kanaknya dilaluinya hanya dengan belajar, khususnya disekolah. Karena masa anak-anak Mangsa “Kapitu” tidak tertarik terhadap kegiatan di luar belajar dan dia selalu optimis terhadap kemampuan pribadi.
No comments:
Post a Comment